Perlindungan Anak & Perempuan

MUHAMMAD AL-DURRAH: TELADAN ABADI PERAN AYAH DALAM MEMBANGUN GENERASI KOKOH

Harry Santosa dalam bukunya Fitrah Based Education menulis, “Ayah adalah arsitek keluarga, pemimpin dalam membangun visi keluarga yang selaras dengan potensi fitrah anak-anaknya.” Pandangan ini menegaskan bahwa ayah
memegang peran sentral dalam membentuk karakter dan mentalitas anak. Sosok ayah bukan sekadar kepala keluarga, tetapi juga pelindung, pendidik, dan inspirasi utama. Dalam konteks kehidupan yang penuh tantangan, seperti yang dialami oleh anak-anak Palestina, peran ayah sering kali menjadi pilar yang memungkinkan mereka tumbuh dengan ketangguhan luar biasa.

Salah satu kisah yang menyentuh hati dunia adalah tragedi Muhammad alDurrah dan putranya, Jamal, di Gaza pada September 2000. Dalam situasi yang penuh bahaya, Muhammad menggunakan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi anaknya dari hujan peluru. Sang ayah, dengan keteguhan yang luar biasa, terus memeluk Jamal, mencoba menenangkan anaknya di tengah baku tembak. Meski akhirnya peluru merenggut nyawanya, tindakan Muhammad
menjadi simbol abadi dari pengorbanan seorang ayah. Kisah ini, yang terekam oleh jurnalis dan menjadi perhatian dunia, menunjukkan bagaimana keberanian seorang ayah dapat meninggalkan warisan moral yang tak ternilai bagi anak-anaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, peran ayah sebagai pelindung sangat ditekankan. Firman Allah dalam QS. At-Tahrim: 6 menyatakan,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” Ayat ini mengingatkan tanggung jawab besar seorang ayah untuk melindungi keluarganya, baik dari bahaya fisik maupun moral. Perlindungan ini tidak hanya dalam bentuk tindakan heroik seperti Muhammad al-Durrah, tetapi juga dalam membangun fondasi nilai yang kokoh untuk anak-anak. Selain sebagai pelindung, ayah juga adalah teladan utama. Anak-anak cenderung belajar lebih banyak dari tindakan dibandingkan kata-kata.

Harry Santosa menekankan bahwa “Ayah adalah role model yang menunjukkan keberanian, kedisiplinan, dan tanggung jawab, sehingga anak-anak dapat meniru nilai-nilai tersebut.” Keteladanan ini juga tercermin dalam kisah Nabi Ibrahim yang ditulis dalam Al-Qur’an sebagai sosok ayah yang memberikan contoh ketaatan kepada Allah. Tindakan nyata ayah yang konsisten mencerminkan nilai-nilai keberanian dan kasih sayang akan membekas dalam ingatan anak-anak, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Dalam upaya membentuk mentalitas anak, ayah juga memainkan peran penting sebagai pendidik utama dalam keluarga. Pendidikan yang diberikan ayah meliputi keberanian, kemandirian, dan keteguhan dalam menghadapi tantangan hidup. Seperti nasihat Nabi Luqman kepada anaknya dalam QS. Luqman: 17, “Wahai anakku! Dirikanlah shalat, suruhlah (manusia) berbuat yang makruf, dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu…” Pendidikan karakter yang dilakukan dengan pendekatan yang penuh kasih dan ketegasan ini membantu anak tumbuh menjadi individu yang
tangguh dan mandiri.

Tanggung jawab ayah lainnya adalah mengenali potensi anak dan mendorong perkembangannya. Dalam QS. An-Nisa: 9, Allah mengingatkan orang tua untuk memperhatikan masa depan anak-anak mereka, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anakanak yang lemah…” Sebagai pemimpin keluarga, ayah harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan keunikannya. Dalam proses ini, ayah memberikan dukungan, motivasi, dan arahan yang membantu anak menemukan jalan hidupnya. Namun, peran besar ini tidak bisa dijalankan sendiri. Ayah adalah mitra bagi ibu dalam membangun harmoni keluarga. Harry Santosa menulis, “Ayah melengkapi ibu dengan memberikan ketegasan dan aturan, sementara ibu memperkuat anak dengan kasih sayang.” Dalam Islam, harmoni ini ditekankan dalam QS. Al-Baqarah: 187, “Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.” Kolaborasi yang baik antara ayah dan ibu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk pertumbuhan anak. 

Kisah Muhammad al-Durrah adalah pengingat yang memilukan tentang keberanian seorang ayah. Meski tubuhnya telah tiada, nilai-nilai yang ia tanamkan tetap hidup dalam diri Jamal. Keberanian dan pengorbanan seperti itu adalah cerminan nyata dari esensi kepemimpinan seorang ayah. Di tengah tantangan dunia modern, peran ayah dalam membentuk karakter anak yang kuat tetap relevan dan tak tergantikan. Inspirasi dari kisah ini dan panduan dari Al-Qur’an menunjukkan bahwa seorang ayah adalah pilar keluarga yang membawa harapan bagi masa depan yang lebih baik.

Penulis: Rangga Ibrahim Barokah (Peserta Kegiatan “Menulis Esai oleh Ayah dan Calon Ayah” yang diselenggarakan oleh LBF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *