Ibu, Madrasah Pertama dan Utama
Oleh: Nunun Nurlaila (Pembina LBF)
Ibu, adalah madrasah pertama dalam proses pendidikan manusia. Ia memiliki peran penting dalam kehidupan. Jika ia salah dalam mendidik dan menanamkan akhlak pada anak, tentu menjadi awal kehancuran generasi selanjutnya.
Derajat seorang ibu sebanyak tiga kali dibanding ayah. Seperti dalam hadist diriwayatkan : Seseorang datang menghadap Rasulullah Saw , seraya bertanya, “ Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik” Beliau menjawab, “Ibumu,” Ia bertanya lagi, ”lalu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Baru beliau menjawab, Bapakmu” (H.R Ahmad dan Abu Dawud). Sungguh mulia seorang ibu, sampai Rasulullah memerintahkan kita menghormati ibu sebelum ayah, kenapa? Karena begitu banyak hal yang sidah dilakukan oleh seorang ibu, seperti mengandung, menyusui dan mengasuh. Bukan berarti peranan seorang ayah diabaikan, ayahpun memiliki peranan yang tidak kalah penting. Tetapi peranan ibu sangat dominan
Seorang ibu harus memiliki bekal, diantaranya ilmu, pandangan hidup dan menginstropeksi diri. Bahkan, untuk menjadi seorang ibu perlu persiapan sejak dini dimulai sejak mengenal rasa suka kepada lawan jenisnya.
Tugas seorang ibu ini bukan pekerjaan mudah. Harus melibatkan pemahaman akan tugas menjadi ibu secara keseluruhan. Akan banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan membutuhkan kerjasama yang baik sehingga dapat menjalaninya dengan baik. Tentu kerja sama ini perlu dikomunikasikan dengan suami.
Agar dapat mendidik anak, termasuk memperhatikan kesehatan rohani dan jasmani anak, ibu perlu memahami berbagai pengetahuan umum yang mendukung.
Generasi tangguh adalah karya dari pendidikan keluarga yang sukses dari si ibu. Pendidikan yang dihadirkan ibu dalam keluarga harus mencakup seluruh aspek kehidupan. Yang utama sekali adalah pendidikan agama yang lengkap. Yaitu dari tauhidnya, segi akhlaknya, bagaimana bermu’amalah, dan sebagainya.
Sebagaimana pesan bagi orang tua dalam Alquran, “Dan hendaklah mereka takut kepada Allah seandainya mereka meninggalkan sepeninggal mereka anak keturunan yang lemah. Hendaklah mereka khawatir terhadap mereka.” (QS an-Nisa’ [4]: 9).
Jadi jangan jadikan generasi kita zurriyyatan dhi’afa (generasi yang lemah) tapi generasi yang menjadi qurrata a’yun (penyejuk mata). Yaitu generasi yang memberi harapan baik bagi masa depan. Karena telah kokoh jiwa dan pikirannya yang dilandasi ajaran agama.
Proses pendidikan yang dilakukan oleh seorang ibu sudah dilakukan sejak sang bayi didalam kandungan. Seorang ibuyang terbiasa mendengar murottal (tilawah Al Qur’an) insyaAllah hal tersebut dapat didengar oleh sang bayi. Emosional dan watak seorang ibupun dapat ditularkan melalui prilaku seorang ibu selama mengandung dan mengasuh.
Air Susu Ibu yang diberikan kepada sang anak memiliki peranan yang sangat besar dan penting sebagai imunitas dan kecerdasan otak sang anak. Pendidikanpun dapat diberikan dengan kontak mata yang terjadi antara ibu dan anak. Setiap saat, dimanapun dan kapanpun proses pendidikan tersebut dapat dilakukan. Seorang ibu memiliki tanggungjawab besar dalam menciptakan generasi muda yang kreatif, inovatif, prestatif, edukatif dan produktif. Merupakan sebuah mimpi jika hal ini terwujud, tentu dilukis oleh tangan-tangan lembut seorang ibu. Dan untuk mewujudkannya, tidak lain hanyalah melalui wanita sholihah yang berilmu, berakal dan bertaqwa yang dapat melakukannya.
Ulama besar Muhammad Atiyyah Al Abrashi mengatakan bahwa Wanita (khususnya seorang ibu) menjadi barometer baik buruknya sebuah masyarakat. Rusaknya akhlak wanita merupakan mata rantai yang saling bersambungan dengan kenakalan remaja, rapuhnya keluarga dan kerusakan masyarakat.
Bagi seorang ibu pekerja sekalipun, saya yakin pikiran dan hatinya tetap tertuju pada anak sang buah hati. Kebanyakan para ibu sepulang dari bekerja tidak langsung istirahat, tetapi mengurusi kebutuhan sang anak menjelang tidur atau kebutuhan esok harinya.
Itulah fitrah seorang wanita, yang memiliki peran seorang ibu. Amanah beliau lebih besar berada di rumah. Amanah yang diberikan langsung oleh Allah SWT, yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di yaumil hisab.
Selain itu, memiliki keahlian yang bermanfaat dalam bidang tertentu penting juga bagi seorang ibu untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sarana memperbanyak amal saleh untuk dapat dimanfaatkan kapan saja, sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya “Kebebasan Wanita”, akan pentingnya menyediakan pendidikan yang cocok bagi wanita dengan dua tujuan, yaitu agar memiliki kemampuan untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak serta menguasai keahlian tertentu yang dapat dimanfaatkan kapan saja.
Karena begitu besar amanah yang diemban seorang ibu, maka bukan suatu hal yang berlebihan manakala Allah menempatkan posisi ibu menjadi posisi teramat mulia. Sehingga menjadi sebuah penghormatan yang begitu tinggi jika dikatakan surga berada di bawah telapak kaki ibu. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah kisah, suatu ketika seseorang datang menghadap Rasulullah Saw, meminta izin untuk turut andil berjihad bersama Rasulullah Saw, maka beliau bertanya, “ Adakah engkau masih memiliki ibu?”. Orang itu menjawab, “Ya, masih,” Kemudian beliau bersabda, “ Bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada ibumu. Karena sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua kakinya.” (HR. An Nasa’I, Ibnu majah, disahihkan oleh Al Hakim). Wallahu’alam.
You May Also Like

PENGUMUMAN APRESIASI MENULIS ESAI UNTUK AYAH DAN CALON AYAH 📖📖 LUMIGAR BOGOR FAMILY (LBF)
20/01/2025
Menjadi Ibu yang Bahagia
06/12/2020