JEJAK LANGKAH MUSLIMAH DALAM PERADABAN BANGSA
Peradaban menurut Prof. Raghib Sarjani dalam bukunya “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia” adalah kekuatan manusia untuk mendirikan hubungan yang seimbang dengan Tuhannya, hubungan dengan manusia yang hidup bersama mereka, dengan lingkungan pertumbuhan dan perkembangan. Jadi definisi peradaban terjalin dalam tiga interaksi hubungan yakni manusia, Tuhan dan alam sekitarnya. Termasuk nilai peradaban adalah kemampuan manusia untuk dapat menegakkan jalinan yang lebih baik dengan tiga hal tersebut.
Perkataan Umar Al Faruq terkait apa yang dialami bangsa Arab setelah Islam datang sangat mewakili bagaimana luhurnya gambaran peradaban Islam. “Sesungguhnya kami adalah suatu kaum yang rendah, lantas Allah meninggikan kami dengan Islam. Siapa di antara kami yang menuntut ketinggian tanpa dasar yang telah ditinggikan Allah kepada kami, niscaya Allah akan merendahkan kita.”
Peradaban Islam yang pondasinya dibangun secara kokoh oleh Nabi Muhammad SAW menorehkan jejak sejarah mulia hingga beratus tahun dan berpuluh abad kemudian.
Peradaban agung itu bukan hanya dimainkan oleh kaum pemuda dan lelaki saja, lebih dari itu para wanita muslimah juga turut melukis jejak yang tak kalah besar.
Pada setiap abad daulah islamiyah yang bertahta maka di sana ada nama perempuan mahsyur yang atas kiprahnya mengharumkan bangsa dan umat.
Semisal Fatimah binti Abdul Malik istri Khalifah Umar bin Abdul Azis, seorang amirul mukminin di masa Bani Ummayah, adalah perempuan salihah yang hebat dengan jiwa ikhlas dan sabar. Pendukung pertama gerakan perubahan yang dilakukan suaminya, yakni gerakan kesederhanaan para pemimpin dalam kehidupan.
Zubayda binti Abu Ja’far al-Mansur
istri dari Khalifah Harun ar-Rasyid dari Bani Abbasiyah, adalah wanita terkaya dan paling berkuasa di dunia pada masanya. Dia adalah seorang bangsawan dengan kemurahan hatinya. Dia mengembangkan banyak bangunan di berbagai kota.
Zubaidah diketahui telah memulai sebuah proyek raksasa untuk membangun stasiun layanan dengan sumur air sepanjang rute Ziarah dari Baghdad ke Mekkah. Mata air Zubaida yang terkenal di pinggiran Mekkah masih membawa namanya. Dia juga pelindung seni dan puisi.
Fatima al-Fehri telah memainkan peran besar dalam peradaban dan budaya di komunitasnya. Dia bermigrasi dengan ayahnya Mohamed al-Fehri dari Kiroan di Tunisia ke Fez, Maroko.
Fatima Al Fehri adalah pendiri universitas pertama di dunia, Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko.
Para siswa pergi ke sana dari seluruh dunia untuk belajar studi Islam, astronomi, bahasa, dan sains. Angka bahasa Arab mulai dikenal dan digunakan di Eropa melalui universitas ini. Inilah salah satu contoh penting peran perempuan dalam kemajuan pendidikan dan peradaban.
Ada pula Dhayfa Khatun, istri penguasa Ayyubiyah Aleppo al-Zahir Ghazi, adalah Ratu Aleppo selama enam tahun. Ayahnya adalah Raja al-Adel, saudara laki-laki Salah al-Din Al-Ayyubi dan saudara laki-lakinya adalah Raja al-Kamel.
Dia menikah dengan raja al-Zahir putra Salahuddin. Anak laki-lakinya adalah Raja Abdul Aziz. Setelah kematian anaknya, dia menjadi Ratu Aleppo karena cucunya baru berusia 7 tahun. Selama pemerintahannya 6 tahun, dia menghadapi ancaman dari Mongol, Seljuk, Tentara Salib dan Khuarzmein. Dia dikenal sebagai ratu yang menghapus ketidakadilan dan pajak yang tidak adil di seluruh Aleppo. Dia juga mendirikan banyak badan amal untuk mendukung mereka. Dhayfa adalah pelindung arsitektur yang menonjol. Dia mendirikan wakaf besar untuk pemeliharaan dan pengoperasian yayasan amal.
Bagaimana dengan jejak langkah muslimah Indonesia dalam mendukung peradaban bangsa?
Dalam catatan sejarah kita memang mengenal para perempuan terdidik yang ikut menyumbangkan ide dan pikirannya untuk bangsa Indonesia semisal RA Kartini, Dewi Sartika, dan dari kalangan dunia pendidikan Islam ada HR Rasuna Said dan Rahmah El Yunusiyah.
Haji Rangkayo Rasuna Said dikenal dengan kecintaannya kepada ilmu pengetahuan. Pendidikan dasar Rasuna dihabiskan di SD Maninjau. Setelah itu ia melanjutkan ke Diniyah School di Padangpanjang. Kecerdasan Rasuna sudah bisa terlihat saat ia bersekolah. Ia dipercaya mengajar kelas di bawahnya meskipun ia masih pelajar.
Tak hanya pendidikan umum, Rasuna juga menimba ilmu agama di Pesantren Ar Rasyidiyah. Usai menamatkan Diniyah School, Rasuna mengabdi menjadi pengajar di almamaternya.
Rasuna ingin memajukan pendidikan bagi seorang wanita. Selain pendidikan, ia juga tertarik dengan politik. Ia ingin agar wanita saat itu juga melek politik. Dalam pandangan agama, bangsa, dan politik. Rasuna bergabung sebagai anggota di Persatuan Muslim Indonesia. Ia juga ikut mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Kemudian, dia mendirikan Sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di Bukit Tinggi. Saat terjun dalam dunia politik, Rasuna dikenal dengan kemahirannya berpidato. Isi pidato yang disampaikannya selalu tajam menyangkut pe nindasan pemerintah Belanda ketika tahun 1930.
Adapun Rahmah El Yunusiyah seorang tokoh pendidikan dan pejuang Islam yang juga menjadi pendiri sekolah perempuan Islam pertama di Indonesia, Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang. Rahmah juga pelopor Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Sumbar.
Rahmah memiliki cita-cita agar wanita Indonesia memperoleh kesempatan penuh untuk menuntut ilmu yang sesuai dengan kodrat wanita hingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mendidik ia bertujuan agar wanita sanggup berdikari untuk menjadi ibu pendidik yang cakap, aktif, dan bertanggung jawab pada kesejahteraan bangsa dan Tanah Air sebab kehidupan agama mendapat tempat yang layak.
Muslimah Sekarang dalam Kancah Peradaban
Mengingat sepak terjang para muslimah dalam mempelopori, mengisi, mewarnai bahkan memperjuangkan peradaban bangsa, terbersit pertanyaan apa yang bisa dilakukan para muslimah di zaman sekarang, hari ini bahkan masa mendatang dalam memajukan peradaban bangsa yang selaras dengan nilai-nilai ilahiyah?
Pertama para muslimah harus memiliki kualitas iman yang kokoh. Ini penting karena peradaban yang ingin dibangun seperti definisi di atas adalah yang selalu mengaitkan dirinya dengan Allah sang pencipta dan lingkungan sekelilingnya baik alam maupun sosial.
Kedua, para muslimah harus memahami konsep dirinya dulu sebagai seorang hamba Allah yang juga memiliki potensi dan kemampuan. Ini penting karena jika tidak menyadari, atau malah inferior, tidak mempercayai dirinya sendiri, inilah yang justru akan membuatnya pasif dan enggan untuk berkiprah secara lebih luas.
Ketiga, muslimah senantiasa belajar sepanjang hayat. Wanita memiliki banyak keistimewaan secara kodrati yang membuatnya bisa berperan lebih dalam mengawal peradaban, terutama sebagai ibu yang melahirkan generasi. Untuk menjadi ibu generasi diperlukan bekal yang cukup dan terus menerus serta updating.Untuk itu tidak ada kata berhenti dalam belajar.
Keempat bahwa peradaban bangsa yang ingin dibangun dengan konsep ilahiyah itu sangat komprehensif, tapi saling berkaitan dan terpadu untuk itu diperlukan keahlian khusus di masing-masing bidang dan kerjasama yang kokoh. Peran muslimah di sini adalah mengerahkan segenap potensi jasadiyah, fikriyah, faniyah, maliyah dan lainnya yang menunjang.
Kelima para muslimah tetap mempertahankan jati dirinya sebagai seorang istri maupun ibu, sehingga apa pun kemampuan yang dimilikinya tetap berbasis pada kekuatan dan ketahanan keluarga, karena sesungguhnya peradaban yang baik dan mulia dimulai dari keluarga pada unit terkecil dalam komponen masyarakat berbangsa dan bernegara.
Wallahu ‘Alam.
Penulis: Wikan Rusdi