Peran Ayah dalam Membentuk Mentalitas Anak yang Kuat: Perspektif Anak Palestina dan Ajaran Islam
Pendahuluan
Anak-anak di Palestina tumbuh di tengah tantangan yang luar biasa, termasuk konflik berkepanjangan yang mengancam kesejahteraan fisik dan mental mereka. Dalam konteks ini, peran ayah menjadi sangat penting dalam membentuk mentalitas anak yang kuat. Dengan menanamkan nilai-nilai ketahanan, keberanian, dan keyakinan, ayah dapat membantu anak-anak mereka menghadapi kesulitan. Esai ini akan membahas peran ayah dalam membentuk mentalitas anak melalui perspektif Al-Qur’an, hadis, penelitian ilmiah, dan pendidikan dalam Islam.
Kekuatan Mental dan Ketahanan dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an mengajarkan pentingnya ketahanan dan keyakinan dalam menghadapi ujian hidup. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran: “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih, karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orangorang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139) Ayat ini menegaskan bahwa iman yang kuat dapat memberikan kekuatan mental. Ayah, sebagai figur otoritas dalam keluarga, memiliki tanggung jawab untuk menanamkan kepercayaan ini kepada anak-anak mereka. Dengan
mengajarkan bahwa tantangan adalah bagian dari kehidupan, ayah dapatmembantu anak-anak mereka mengembangkan mentalitas yang tangguh. Peran Ayah sebagai Teladan Ayah berfungsi sebagai teladan bagi anak-anaknya. Rasulullah SAW menegaskan pentingnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ketika ayah menunjukkan keteguhan, keberanian, dan integritas, anak-anak akan terinspirasi untuk meniru perilaku tersebut. Dalam konteks anak Palestina, di mana situasi sulit sering terjadi, menjadi teladan yang baik adalah kunci untuk membangun mentalitas positif. Misalnya, Salahuddin AlAyyubi, sebagai pemimpin yang kuat, memberikan contoh ketahanan dan semangat juang yang dapat diinternalisasi oleh generasi berikutnya.
Pendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan dalam Islam tidak hanya berfokus pada ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pendidikan karakter. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter berkontribusi pada pengembangan mentalitas yang kuat. Menurut J. D. Wiggins dan D. A. McTighe dalam Understanding by Design, pendidikan yang fokus pada pengembangan karakter menghasilkan individu yang lebih resilient dan mampu menghadapi tantangan. Ayah memiliki peran penting dalam menerapkan pendidikan karakter ini. Dengan mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, dan keberanian, ayah dapat membekali anak-anak mereka dengan dasar yang kokoh untuk menghadapi kesulitan. Dalam konteks anak-anak Palestina, pendidikan karakter ini menjadi sangat relevan, mengingat tantangan yang mereka hadapi sehari-hari.
Dukungan Emosional dan Spiritual
Dukungan emosional dari ayah juga sangat penting dalam membentuk mentalitas anak. Hadis Nabi Muhammad SAW mengajarkan tentang kasih sayang dan perhatian kepada anak: “Sungguh, Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi anak-anaknya.” (HR. Ahmad). Dengan menunjukkan kasih sayang, ayah membantu anak-anak merasa aman dan dihargai. Penelitian oleh Gross dan John (2003) dalam Emotion Regulation menunjukkan bahwa dukungan emosional dari orang tua dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mengelola stres dan tekanan. Dalam situasi yang penuh tantangan, seperti di Palestina, dukungan ini sangat penting untuk membangun ketahanan mental.
Kesimpulan
Peran ayah dalam membentuk mentalitas anak yang kuat sangatlah penting, terutama dalam konteks anak-anak Palestina yang menghadapi banyak tantangan. Melalui ajaran Al-Qur’an, hadis, penelitian ilmiah tentang pendidikan karakter, serta dukungan emosional, ayah dapat membekali anakanak mereka dengan nilai-nilai yang diperlukan untuk menjadi individu yang tangguh. Dengan menjadi teladan yang baik dan memberikan pendidikan yang berbasis karakter, ayah dapat membantu anak-anak mereka menghadapi kesulitan dengan keberanian dan keyakinan.
Daftar Pustaka
1. Al-Qur’an Al-Karim.
2. Hadits Shahih Bukhari dan Muslim.
3. Wiggins, J. D., & McTighe, D. A. (2005). Understanding by Design. ASCD.
4. Gross, J. J., & John, O. P. (2003). Emotion Regulation in Everyday Life. Emotion Regulation, 2(2), 150-165.
Penulis: Muhamad Aldi Kandias (Peserta Kegiatan “Menulis Esai oleh Ayah dan Calon Ayah” yang diselenggarakan oleh LBF)

Ayah Indonesia Untuk Palestina
You May Also Like

Ayam Kodok
06/12/2020
MENGKOMPILASI ZAMAN, MELAHIRKAN PEJUANG
16/04/2021