Highlights

ADAPTASI NEW NORMAL, …ARE YOU READY?

Oleh: Iif Syarifah M*)

New normal  menjadi tajuk yang hangat dibicarakan di era wabah Covid-19 setelah program  Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai mengalami transisi. New normal untuk sebagian besar masyarakat masih difahami sebagai aktifitas yang kembali normal seperti semula. Terbukti ketika masih diberlakukan PSBB saja tepatnya pada saat menjelang persiapan lebaran, warga Bogor sempat membludak di kawasan pasar Kebon Kembang . Ini menunjukkan bahwa ketidakpedulian masyarakat terhadap pemahaman new normal yang sesungguhnya.   Seperti yang disampaikan oleh juru bicara Kementerian Kesehatan RI di Graha BNPB Jakarta Timur pada 31 Mei 2020,” Tidak menjadi suatu euforia baru bahwa kenormalan ini seakan-akan membebaskan kita untuk kembali beraktivitas seperti sebelum kejadian pandemi Covid-19.”

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu mengeluarkan protokol the new normal selama vaksin Corona COVID-19 belum ditemukan. Masyarakat di dunia diminta tetap produktif sambil menjalankan protokol pencegahan Covid-19 selama vaksin infeksi tersebut belum ditemukan. Mengapa harus produktif?

Kondisi wabah ini sangat berdampak pada situasi politik dan ekonomi global. Ekonomi semakin terpuruk karena banyak perusahaan yang mati suri, perdagangan dinonaktifasi, dan para pegawai yang dikebiri menjadikan individu banyak yang kehilangan mata pencaharian dan menjadi mata rantai .keterpurukan ekonomi trejadi hamper di seluruh belahan dunia. Ujian ini cukup memberikan teguran telak buat kita semua, bahwa Sang pencipta dengan mudah mengubah gaya hidup dan kebiasaan manusia yang tadinya sibuk dengan aktifitas yang luar biasa dengan banyak interaksi  sesama manusia, tiba-tiba kita harus melakukan hibernasi yang cukup panjang dan menjauhi interaksi dari lingkungan sosial demi menurunkan prevalensi kejadian wabah Covid-19 . Namun dengan keterpurukan ekonomi yang terus berkelanjutan, menyebabkan kebijakan pemerintah baik nasional maupun internasional menuntut individu untuk tetap bisa melakukan produktifitas agar grafik ekonomi kembali memulih. Apakah kepulihan ekonomi menjadi prioritas utama?

Islam telah menjawab dan  memberikan SOP (Standard Operational Procedure) tentang bagaimana manusia menyikapi terjadinya wabah pandemi ini. Tetap saja kesehatan jauh lebih utama daripada keterpurukan ekonomi. Karena setiap jiwa manusia memiliki hak untuk tetap hidup. Bagi kaum muslim, munculnya wabah seperti Covid-19 ini bukan hal baru. Dalam banyak literatur dan dari sejarah, Islam sudah memberikan tuntunan dikala menghadapi wabah. Nabi Muhammad SAW mengatakan jika dalam suatu wabah, bagi mereka yang berada di daerah tidak boleh keluar dari wilayah tersebut. Sedangkan mereka yang ada di luar wilayah tersebut, tidak boleh mendatangi tempat wabah. Dalam istilah sekarang ini dikenal sebagai lockdown atau karantina, baik semi-lockdown maupun lockdown total. Sementara masih banyak di kalangan muslim memiliki mindset yang berbeda. Sehingga mereka mengabaikan wabah Covid-19 ini dengan prinsip “tidak perlu takut dengan Corona tetapi takutlah pada Allah”. Padahal justru dengan kita berusaha menghindari bahaya Covid-19, disinilah letak keimanan dan kesabaran kita pada ujian Allah SWT. Ketika ada ikhtiar physical distancing, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan lain-lain, itu semua adalah akhlak seorang mukmin ketika menghadapi Covid-19.

Dalam mengimbangi antara keterpurukan ekonomi dan tetap menjaga kesehatan dari wabah Covid-19, maka lahirlah new normal dimana setiap langkah menuju transisi ‘the new normal‘ harus dipantau oleh otoritas kesehatan, bersama dengan pertimbangan ekonomi dan sosial. Dalam mempercepat penanganan, semua negara harus saling menyerukan solidaritas untuk mengakhiri wabah COVID-19.

Dan di negara kita semua akan berjalan dengan baik, apabila masyarakat mampu mengubah gaya hidup yang lebih disiplin dan senantiasa menjaga protokol kesehatan. Hal ini bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan oleh sebagian masyarakat, namun ini harus diupayakan agar mereka memahami betapa pentingnya kerjasama untuk mengakhiri wabah pandemi ini. Siapa yang memiliki peranan penting dalam menghadapi situasi wabah ini?

Jawabannya adalah keluarga, karena keluarga merupakan komunitas terkecil dalam suatu negara  dan menjadi garda terdepan dalam membangun ketahanan keluarga untuk mengkondisikan kehidupan “new normal”. Seperti yang disampaikan oleh Guru Besar Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga IPB University, Euis Sunarti dalam siaran pers Kompas, “Kita perlu menguatkan ketahanan keluarga saat pandemi Covid-19 dengan pembagian peran dan fungsi keluarga yang baik. Pastikan semua sendi-sendi kehidupan berjalan dan semua kebutuhan terpenuhi dengan baik.  Pembagian peran dan fungsi antara suami istri perlu dioptimalkan.

Pembagian fungsi ini harus saling mendukung untuk lebih menguatkan kedisplinan dalam menjalani kehidupan baru. Kehidupan baru yang dimaksud adalah melakukan pembiasaan baru untuk membentengi diri kita dari bahaya Covid-19. Pertahanan diri yang perlu diperhatikan adalah senantiasa menjaga imunitas tubuh agar tetap dalam kondisi optimal. Caranya agar imun tetap optimal adalah, pertama memakan makanan yang halal dan thoyyib. Kedua, istirahat yang cukup seperti nasihat Rasulullah yang pernah mengingatkan sahabat yang malamnya terus dipakai ibadah, dengan mengatakan bahwa semua tubuh itu memiliki hak untuk istirahat agar seluruh tubuh tidak mudah rapuh. Ketiga, olahraga harus menjadi bagian dari agenda bersama dalam keluarga. Karena menghindari kurangnya beraktifitas di rumah perlu diimbangi dengan kebugaran berolahraga. Keempat, kita menjaga psikis  tetap optimis dengan menjaga jiwa kita tetap tenang. Tidak perlu cemas atau panik karena akan menurunkan imunitas tubuh kita. Ketenangan jiwa kita terlahir manakala kita selalu menjaga dan meperbaiki shalat dan tilawah Quran. Karena jiwa yang tenang didapatkan dari orang-orang terbiasa dekat dengan mengingat Allah. Jadi biasakanlah aktifitas tersebut menjadi bagian dari aspek kehidupan new normal.

Dan tak lupa doa, karena doa adalah kekuatan orang beriman.  Doa bisa menyelamatkan seseorang dari bencana. Dan terakhir sabda Rasul menegaskan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaat kepada sesamanya. Maka kalau kita berada dalam kondisi yang sehat, kita harus tampil menjadi bagian orang yang membawa solusi terhadap permasalahan ini.

Dan Ibu memiliki peran besar sebagai agen perubah dalam memotivasi seluruh anggota keluarganya untuk tetap produktif dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Are You Ready? *)Penulis adalah ASN Kementan, agen perubahan Balitbangtan, pengurus PDHI (Persatuan Dokterhewan Indonesia) Cabang Bogor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *