Perlindungan Anak & Perempuan

Membentuk Mentalitas Anak dan Mencetak Manusia Berakhlaq Melalui Keteladan Ayah

Ayah merupakan pilar utama dalam membangun fondasi yang kuat untuk anak-anaknya di kehidupan keluarga. Ayah tidak hanya bertugas menyediakan kebutuhan materi, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk mentalitas anak-anak agar tumbuh menjadi individu yang sholeh, tangguh, percaya diri, dan berintegritas. Dalam konteks penuh tantangan saat ini, peran ayah menjadi semakin penting khususnya dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka.

Sebuah studi dari Child Development Journal menunjukkan bahwa anak-anak dengan ayah yang terlibat secara aktif memiliki peluang 40% lebih besar untuk mengembangkan keterampilan sosial yang baik dan kemampuan menghadapi tekanan emosional dibandingkan anak-anak tanpa dukungan ayah yang memadai. Ayah yang terlibat secara aktif dalam kehidupan anaknya mampu memberikan rasa aman dan stabilitas emosional yang dibutuhkan anak untuk berkembang secara optimal. American Psychological Association, menyebutkan anak-anak dengan figur ayah yang suportif, akan memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah. Mereka juga memiliki peluang 35% lebih besar untuk mengelola stres secara efektif. Anak akan tumbuh dengan kepercayaan diri yang lebih tinggi, keterampilan sosial yang lebih baik, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih efektif. Hal ini penting untuk membentuk mentalitas yang sehat dan tangguh pada anak.

Kita belajar dari anak-anak Palestina yang sering hidup dalam situasi sulit menunjukkan ketangguhan luar biasa karena pola asuh yang menekankan nilai keberanian, solidaritas, dan keteguhan hati yang sering dipelopori oleh peran ayah dalam keluarga mereka. Salah satu aspek penting dari peran ayah yang perlu kita perhatikan adalah bahwa seorang ayah berperan penting sebagi pembimbing mental dan emosional bagi anak-anaknya. Ayah yang memiliki komunikasi yang baik dengan anak-anaknya dapat membantu mereka menghadapi berbagai tantangan hidup, mulai dari tekanan akademik, pergaulan, hingga tantangan moral. Figur ayah sering kali menjadi simbol ketegaran dan perlindungan.

Ayah menjadi teladan bagi anak-anak mereka untuk tidak menyerah meskipun hidup dalam kondisi yang penuh tekanan. Nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam kehidupan anak-anak di mana saja dengan cara memberikan ruang untuk diskusi terbuka, mendengarkan keluh kesah anak, dan memberikan nasihat yang membangun. Dalam Al-Qur’an, peran ayah dalam mendidik anak tercermin dalam kisah Luqman yang memberikan nasihat bijak kepada anaknya: “Wahai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.” (QS. Luqman: 17). Kisah Nabi Ibrahim AS juga memberikan gambaran luar biasa tentang peran seorang ayah dalam membangun mentalitas anak. Ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, Ismail AS. Nabi Ibrahim tidak hanya menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada Allah, tetapi juga berdialog dengan anaknya tentang perintah tersebut. Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” (QS. Ash-Shaffat: 102). Kisah ini menunjukkan keteladanan Nabi Ibrahim AS kepada anaknya dan Nabi Ismail AS meniru ketaatan yang dimiliki ayahnya. Dialog ini juga menunjukkan pentingnya komunikasi yang terbuka antara ayah dan anak, serta bagaimana ayah dapat membangun keimanan, keberanian, dan keteguhan hati anak.

Salah satu cara paling efektif bagi ayah untuk membentuk mentalitas anak adalah dengan memberikan teladan yang baik. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga ayah yang menunjukkan sikap tangguh, jujur, disiplin, dan penuh kasih sayang akan memengaruhi anak-anaknya untuk mengadopsi sifat-sifat tersebut. Teladan ini menjadi dasar bagi anak-anak untuk belajar bagaimana menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak. Menurut National Fatherhood Initiative, anak-anak dengan ayah yang memberikan teladan disiplin dan kerja keras memiliki peluang 30% lebih besar untuk mencapai kesuksesan akademik dan karier. Ketangguhan anak-anak Palestina tidak terlepas dari teladan yang diberikan oleh orang tua mereka, terutama ayah. Mereka diajarkan nilai-nilai keberanian, keadilan, dan ketabahan melalui tindakan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa ketangguhan bukanlah sesuatu yang diwariskan secara genetik, tetapi dibentuk melalui pengalaman, didikan, dan contoh yang diberikan oleh orang tua. Dalam Islam, ayah juga dituntut untuk memberikan teladan melalui sikap dan amal saleh, sebagaimana firman Allah: “Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha: 132).

Ayah juga memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anaknya. Nilai nilai seperti rasa empati, solidaritas, keberanian, dan integritas adalah dasar yang harus ditanamkan sejak dini. Ayah yang aktif mengajarkan nilai-nilai ini akan membantu anak-anaknya memahami pentingnya hidup dengan prinsip dan tujuan yang mulia. Dengan keteladanan, ayah dapat mengajarkan anak-anaknya untuk memiliki rasa empati terhadap sesama, tetap teguh pada prinsip mereka, dan berani menghadapi tantangan hidup, apa pun bentuknya. Dalam Al Qur’an, terdapat penekanan terhadap pentingnya mendidik anak dengan nilai-nilai moral yang kuat, seperti dalam firman-Nya: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).

Aktivitas bersama antara ayah dan anak juga merupakan cara yang efektif untuk membangun mentalitas yang sehat dan tangguh. Melalui aktivitas seperti olahraga, petualangan, atau diskusi, ayah dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kerja keras, ketekunan, dan kemampuan untuk menghadapi kegagalan. Aktivitas semacam ini juga memperkuat ikatan emosional antara ayah dan anak, yang merupakan fondasi penting bagi kesehatan mental anak. Sebagai ilustrasi, banyak ayah di Palestina melibatkan anak-anak mereka dalam aktivitas yang memperkuat solidaritas keluarga dan komunitas, seperti bekerja sama dalam menjaga lingkungan atau membantu sesama. Menurut World Family Map Report, anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sering melakukan aktivitas bersama memiliki peluang 50% lebih besar untuk mengembangkan ketangguhan mental dan kemampuan menghadapi situasi sulit. Aktivitas semacam ini tidak hanya membangun karakter, tetapi juga memberikan rasa tujuan dan makna dalam hidup anak-anak.

Peran ayah dalam membentuk mentalitas anak dan remaja yang sehat tidak dapat diremehkan. Dengan menjadi figur yang hadir, pembimbing mental dan emosional, teladan, serta pengajar nilai-nilai kehidupan, ayah mampu membantu anak-anaknya tumbuh menjadi individu yang tegar, tangguh, dan berintegritas. Anak-anak Palestina, dengan ketangguhan mereka yang luar biasa, adalah contoh nyata dari bagaimana peran keluarga, terutama ayah, dapat membentuk individu yang mampu menghadapi tantangan hidup dengan keberanian dan keteguhan hati.
Wallahua’lam bisshawab….

Penulis:   Hendra Helmanto (Peserta Kegiatan “Menulis Esai oleh Ayah dan Calon Ayah” yang diselenggarakan oleh LBF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *