Perlindungan Anak & Perempuan,  Uncategorized

PERAN AYAH DALAM MEMBENTUK MENTALITAS ANAK DAN REMAJA YANG SEHAT SEPERTI SETEGAR ANAK PALESTINA

Tulisan ini membahas bagaimana seorang ayah dapat membentuk mentalitas anaknya agar tangguh seperti anak-anak di Palestina, yang menghadapi tantangan ekstrem akibat konflik berkepanjangan. Dalam konteks ini, penting bagi sang ayah untuk memahami dampak trauma yang
dialami anak-anak akibat situasi yang tidak stabil. Tulisan ini menunjukkan bahwa banyak anak di Palestina mengalami masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan, akibat kehilangan orang terkasih dan lingkungan yang tidak aman. Untuk membentuk mentalitas yang kuat, seorang ayah perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, suasana sang anak merasa nyaman untuk mengekspresikan perasaan mereka. Selain itu, mengajarkan keterampilan mengatasi stres melalui teknik relaksasi dan aktivitas positif dapat membantu anak mengelola emosi mereka. Penting juga untuk menanamkan nilai-nilai empati dan solidaritas, serta memberikan contoh melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan ini, seorang ayah tidak hanya membantu anaknya menghadapi kesulitan tetapi juga membekali mereka dengan ketahanan mental yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak dapat belajar untuk bangkit dari kesulitan dan mengembangkan harapan untuk masa depan yang lebih baik lagi.

A. PENDAHULUAN

Allah SWT berfirman dalam al-quran surat Luqman ayat 13-19 ;

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًاۖ وَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِࣖ

          Artinya : “(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.” Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan. (Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Mahateliti. Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan. Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 13 -19)

Intisari penjelasan al-quran surat Luqman ayat 13-19 sebagai berikut

1. Pada ayat 13 menekankan larangan syirik (mempersekutukan Allah) dan mengingatkan anak-anak untuk menyembah hanya kepada Allah SWT.

2. Pada ayat 14 menekankan perintah berbuat baik kepada kedua orang
tua, terutama ibu, yang telah melewatkan masa-masa sulit dan kepayahan dalam mengandung serta menyusuinya.

3. Pada ayat 15 menegaskan pentingnya menjaga prinsip keimanan di tengah hubungan baik dengan orang tua, serta menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua tetap penting meskipun ada perbedaan dalam
keyakinan dan akidah. Perlakuan baik kepada orang tua harus dilakukan selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.

4. Pada ayat 16 mengingatkan bahwa segala amalan akan dibalas oleh Allah SWT, bahkan sekecil pun, dan Dia Allah SWT Maha Halus dan Maha Mengetahui.

5. Pada ayat 17 memberikan nasehat Luqman kepada anaknya tentang pentingnya shalat, berbuat baik,  mencegah kemunkaran, dan sabar dalam menghadapi cobaan. Semua hal ini termasuk urusan besar yang harus diprioritaskan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Pada ayat 18 melarang sifat sombong dan membanggakan diri, karena Allah SWT tidak menyukai perilaku sombong.

7. Pada ayat 19 mengajarkan untuk bersikap sederhana dan ramah dalaminteraksi sosial, karena suara keras dapat dihindari demi meningkatkan hubungan antar pribadi.

B. PEMBAHASAN

          1. Sejarah Palestina

Tata letak geografis Palestina

          Terletak strategis di antara tiga benua, wilayah Palestina (juga dikenal sebagai Tanah Suci) memiliki sejarah yang penuh gejolak sebagai persimpangan agama, budaya, perdagangan, dan politik. Palestina adalah tempat kelahiran Yudaisme dan Kristen, dan telah dikuasai oleh banyak kerajaan dan kekuatan, termasuk Mesir Kuno, Israel Kuno dan Yehuda, Kekaisaran Persia, Alexander Agung dan penerusnya, Hasmonean, Kekaisaran Romawi, beberapa
kekhalifahan Muslim, dan tentara salib. Di zaman modern, wilayah tersebut dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah, kemudian Kerajaan Inggris, dan sejak tahun 1948 telah terbagi menjadi Palestina, Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.

Wilayah Palestina sebelum masa kolonial dan pendirian negara Masa Klasik

          Sekitar 2500 tahun SM Palestina merupakan nama untuk wilayah barat daya negeri Syam, yaitu wilayah yang terletak di bagian barat Asia dan bagian pantai timur Laut Tengah. Nama klasik wilayah Palestina adalah Kan’an karena dalam sejarah tercatat bangsa yang pertama kali bermukim di Palestina adalah Bangsa Kan’an yang
datang dari Jazirah Arab. Bangsa Kan’an membangun kurang lebih 200 kota dan desa di Palestina seperti Pisan, Alqolan, Aka, Haifa, Bi’ru Al Shaba dan Betlehem. Kota besar Kan’an saat itu adalah Shekeem dan diikuti wilayah yang masih bisa ditemui sekarang adalah Asdod, Acco, Gaza, Al-Majdal. Jagga, Askelan, Ariha, Jericho, dan Bisan.

Kedatangan Nabi di Palestina

          Sekitar 1900 SM, Kedatangan nabi di Palestina diawali kedatangan Nabi Ibrahim yang pada saat itu kekuasaan Palestina (Al-Quds) dipegang oleh Malki Shadiq. Kemudian Nabi Ya’qub yang mempunyai anak sebanyak dua belas orang. Keturunan nabi Ya’qub kemudian dinamakan sebagai Bani Israel (Israel adalah julukan bagi
Nabi Ya’qub a.s). Kekejaman Fir’aun ketika itu memaksa Bani Israil keluar dari Palestina dan mendiami wilayah Mesir.
Nabi Musa di Palestina

          Pada abad ke 13 SM, Nabi Musa datang untuk menyelamatkan Bani Israel dari kekejaman Fir’aun, tetapi Nabi Musa berpulang sebelum membawa kembali Bani Israel ke wilayah Palestina. Nabi Yusya bin Nun memimpin Bani Israel pada 1190 SM. Sepeninggalan Nabi Musa, Bani Israil dipimpin oleh Nabi Yusya bin Nun yang kemudian membawa Bani Israil menguasai daerah bagian timur Palestina.

Nabi Daud memerintah Palestina

          Pada (963-923 SM), Tercatat Nabi Daud juga pernah memerintah di wilayah Palestina setelah menghancurkan Raja Jalut dan menggantikan Raja Thalut. Kepemimpinan Nabi Daud kemudian dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman. Saat kepemimpinan Sulaiman, Palestina berada pada kondisi tertinggi dalam segala aspek kehidupan namun setelah Nabi Sulaiman wafat, kondisi negara terpecah menjadi dua. Muncul dua negara yang saling bermusuhan, yaitu kerajaan Israel dan kerajaan Yahuda. Kerajaan Israel tidak bertahan lama dibandingkan kerajaan Yahuda yang terus berlanjut sampai 586 SM dengan ibukota Al Quds.

Asal kata Palestina

          Sekitar 800 SM, asal kata Palestina disebutkan berasal dari kata philsta dalam catatan Asiria selama masa Raja Assyiria (Addizari III).

Keruntuhan Kerajaan Yahuda

          Pada tahun 586 SM, Kerajaan Yahuda runtuh setelah dikalahkan oleh orang-orang Babilonia di bawah kepemimpinan Nebukadnezar 11. Palestina setelah itu dikuasai oleh kerajaan Persia (539-332 SM) yang dipimpin oleh Darius. Darius membagi wilayah atau negara bagian Persia menjadi dua belas wilayah dan menjadikan Palestina sebagai wilayah kelima dengan nama Aramen (Abr Nahra) yang berarti seberang sungai.

Kerajaan Romawi menguasai Palestina

          Sejarah kemudian menyatakan Kerajaan Romawi menguasai Palestina setelah mengalahkan kekuasaan Helenisme Yunani di bawah kepemimpinan Paranormal Agung (332-63 SM). Saleh menyatakan bahwa Bangsa Romawi (Bizantium) menguasai Palestina pada tahun 63 SM dalam bentuk otonomi kekuasaan dan barulah pada 6 M pemerintahan diambil alih langsung oleh Romawi.

Palestina disebutkan sebagai tanah Kan’an

          Pertengahan abad ke-5, Palestina dalam sejarah kuno disebutkan sebagai tanah Kan’an dalam laporan pemimpin tentara King Mary. Nama itu tertulis di tugu Adrimi, seorang Raja Alkha (Tal Al A’tashenah).

Peninggalan Purbakala

          Pada 500-14.000 SM, terdapat peninggalan purbakala yang mengindikasikan manusia sudah mendiami Palestina sejak zaman batu, hal ini diketahui saat Bangsa Kan’an datang dari Jazirah Arab. Sisa peninggalan purbakala tersebut berupa tulang belulang manusia yang ditemukan di dalam gua-gua di Palestina seperti Gua Al-Amira, Irc Al-Ahmar, Al-Wad, Kubarah, dan di Pegunungan Gurun Negev.

Abad Pertengahan

          Pada 636 M, Ekspansi Islam ke wilayah Palestina terjadi pada saat kekhalifahan Umar bin Khattab. Perebutan wilayah Palestina ditandai dengan perang Ajnadid yang serupa dengan perang Yarmuk yang memakan banyak korban dari tentara Muslim dan Romawi dan dalam jangka waktu yang lama, namun pasukan muslim di bawah panglima perang Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid memenangkan peperangan tersebut dan pasukan Romawi menarik diri ke kota Yerusalem.

Masa kolonial

          Masa Kolonial Inggris dan Imigrasi Yahudi Eropa ke PalestinaSetelah jatuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah, Palestina menjadi jajahan Inggris. Inggris menduduki selatan Palestina di Desember 1917. Pada 2 November 1917, Deklarasi Balfour terjadi dengan menandatangani perjanjian penyerahan Palestina kepada Zionis, padahal saat itu Palestina belum menjadi jajahan Inggris. Saat perjanjian Balfour dilaksanakan, tercatat sebesar 56.000 Yahudi menatap di Palestina, yang termasuk 8 persen dari penduduk Palestina. Pada September 1918, Inggris menjajah Palestina. Pada 1939-1945, Eksodus
Yahudi ke Palestina tidak bisa dilepaskan dari tragedi Holokaus yang didengungkan Eropa. Holokaus muncul karena perbuatan Nazi pada Perang Dunia II.

          2. Kedzaliman terhadap Palestina Pasca 7 Oktober 2023

          Setelah terjadi peristiwa 7 Oktober 2023, bangsa Palestina terus menerus menjadi korban kekejaman dan kebiadaban Yahudi Israel yang disokong negara-negara adidaya seperti USA dan Eropa. Bahkan nyaris terjadi genosida di bumi Palestina, hingga saat ini. Data Korban Tewas di Palestina (Oktober 2023 – November 2024)
Total Korban Tewas :
Sekitar 44.000 orang Palestina tewas akibat serangan Israel di Jalur
Gaza dan Tepi Barat.
Rincian Korban :
Jalur Gaza: Sekitar 43.300 orang tewas.
Tepi Barat: Sekitar 719 orang tewas.
Anak-anak dan Wanita :
Dari total korban, sekitar 16.891 adalah anak-anak.
Sekitar 11.458 wanita juga termasuk dalam jumlah korban.
Korban Luka-luka :
Sekitar 98.500 orang mengalami luka-luka akibat serangan yang
terus berlangsung.

PERAN AYAH DALAM MEMBENTUK MENTALITAS ANAK DAN REMAJA YANG SEHAT SEPERTI SETEGAR ANAK PALESTINA

          Sejak peristiwa 7 Oktober 2023, anak-anak Palestina termasuk para remajanya menjadi korban kekejaman yahudi Israel. Bahkan jika mencermati sejarah panjangnya, jauh sebelum peristiwa 7 Oktober 2023, anak-anak Palestina dalam kondisi traumatik yang berkepanjangan. Lalu bagaimanakah anak-anak Palestina menghabiskan waktunya dalam keseharian dalam suasana perang yang berkepanjangan, meraka tetap tegar bahkan melawan untuk menunjukkan ketegarannya atas musibah peperangan yang hingga kini terus terjadi.

          Peran kedua orangtuanya yang membuat mereka tetap tegar, ayah dan bundanya yang mendidik mereka dengan kesabaran dan ketegaran yang tanpa batas. Diantara peran orangtua, Ayahlah yang paling memberikan peran yang maksimal dan dominan terhadap anak-anaknya.
          Bagaimana peran seorang ayah? Dalam membentuk mentalitas anak agar tangguh seperti anak-anak di Palestina, yang menghadapi tantangan ekstrem akibat konflik berkepanjangan, memerlukan pendekatan yang bijaksana dan penuh empati.
          Berikut beberapa langkah yang dapat diambil seorang ayah untuk membantu mendampingi anak-anaknya mengembangkan mentalitas kuat.

1. Ayah memberikan pemahaman konteks trauma
          Anak-anak di Palestina telah lama dan sering terpapar kekerasan dan kehilangan bahkan kekejaman yahudi Israel, yang menyebabkan trauma psikologis mendalam. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 600.000 anak di Gaza dan Raffah mengalami trauma psikologis akibat konflik. Memahami ini penting untuk ayah memberikan dukungan yang tepat.

2. Ayah mengajarkan ketahanan
          Ketahanan dan eksis dapat diajarkan melalui pengalaman sehari-hari.
Diskusikan dengan anak tentang tantangan dan bagaimana menghadapinya dengan cara positif. Ajarkan kepada mereka, sang anak bahwa meskipun situasi sulit, ada cara untuk bangkit dan belajar dari pengalaman tersebut. Menuju kearah dan kehidupan yang lebih baik dalam suasana kemerdekaan bagi bangsa Palestina.

3. Ayah berusaha mewujudkan lingkungan yang aman
          Pastikan anak merasa aman secara fisik dan emosional di rumah, walaupun kondisi sebagian besar rumah telah hancur luluh lantak oleh perang dan bom serta mortir Israel. Lingkungan yang stabil membantu anak merasa lebih tenang dan mampu menghadapi tekanan luar. Ini termasuk menyediakan waktu untuk berbicara tentang perasaan mereka dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

4. Ayah memberikan dukungan emosional
          Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan mereka, baik melalui percakapan, seni, atau aktivitas fisik. Bisa mengekspresikan diri anak dengan ; musik/nasyid, melukis/menggambar, seni peran, olahraga. Memberikan ruang bagi anak untuk berbagi ketakutan dan kekhawatiran mereka adalah langkah penting dalam membangun kepercayaan diri.

5. Ayah mengajarkan Keterampilan mengatasi stres dan trauma
          Keterampilan seperti meditasi/khalwat, pernapasan dalam, atau teknik relaksasi lainnya dapat membantu anak mengelola stres dan trauma. Ini sangat penting mengingat bahwa banyak anak di daerah konflik mengalami mimpi buruk dan kecemasan tinggi karena lingkungannya.

6. Ayah melibatkan anak-anak dalam aktivitas positif
          Ajak anak untuk terlibat dalam kegiatan positif seperti olahraga, seni, atau kelompok dukungan diusia sebayanya. Aktivitas ini tidak hanya membantu mereka bersosialisasi dengan rekan sebayanya, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan keterampilan sosial.

7. Ayah menanamkan nilai empati dan solidaritas persaudaraan
          Diskusikan pentingnya empati terhadap orang lain, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan. Mengajarkan nilai-nilai ini dapat membantu anak memahami pengalaman orang lain dan mengembangkan rasa kepedulian.

8. Ayah memberikan contoh melalui tindakan
          Sebagai orang tua, tunjukkan ketahanan dan sikap positif dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Anak-anak sering meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Berikan selalu contoh teladan bagi mereka, karena pendidikan terbaik adalah dengan melihat sosok contoh teladan bagi ana-anaknya, dan contoh tersebut ada pada sosok ayah mereka yang tegar, sabar sampai sepanjang kehidupan mereka.

9. Ayah Senantiasa Menyandarkan Takdir Kepada Allah SWT
          Seorang ayah senantiasa menguatkan kepada anak-anaknya, bahwa yang terjadi di Palestina adalah takdir dan sunnatullah dari Allah SWT, Dzat yang Maha Kuasa, sebagaimana digambarkan dalam ayat-ayat al-quran tentang bumi Palestina dan yahudi Israel, bahwa konflik kepentingan dan peperangan akan terus terjadi hingga menjelang tibanya hari akhir, dengan kepastian janji Allah Swt akan memenangkan kaum muslimin atas yahudi Israel.

          Membentuk mentalitas anak agar tangguh seperti anak-anak di Palestina melibatkan pemahaman mendalam tentang trauma, menciptakan lingkungan aman, mengajarkan keterampilan mengatasi stres, serta menanamkan nilai-nilai positif. Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang dan dukungan, seorang ayah dapat membantu anak-anaknya berkembang menjadi individu yang kuat meski dalam situasi sulit.

          Insya Allah,… Free Falisthiin.

Penulis: TRI BHAKTI PRAYUDHI (Peserta Kegiatan “Menulis Esai oleh Ayah dan Calon Ayah” yang diselenggarakan oleh LBF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *