MULAILAH MENGKONSUMSI SAYURAN ORGANIK
Pola hidup sehat tidak hanya menjadi tren, tetapi juga menjadi kebutuhan yang terus berkembang dan terus diusahakan. Salah satu elemen penting dari pola hidup sehat adalah memilih makanan sehat yang berbasis organik.
Perlu diketahui bahwa makanan organik dihasilkan dari budidaya tanaman dan budidaya ternak yang dijalankan dengan prinsip keberlangsungan kehidupan atau yang dikenal dengan istilah sustainable. Budidaya ini biasa disebut dengan pertanian organik atau peternakan organik. Untuk saat ini kita bahas pertanian organik terlebih dahulu.
Pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Ilmu dan seni dalam mengolah lahan, menanam tanaman, dan memelihara hewan ternak secara organik ini sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala.
Tetapi sejak terjadinya revolusi industri di Eropa pada abad ke-17, saat ditemukannya alat-alat mekanik, sistem pertanian mulai berubah. Terjadi peningkatan hasil produksi pertanian dan produktivitas lahan pertanian. Hal ini disebabkan oleh penggunaan mekanisasi pertanian secara ekstensif, penggunaan irigasi buatan dan penggunaan pupuk kimia, serta perkembangan bioteknologi.
Pada abad ke-20 telah terjadi peningkatan produksi pertanian yang lebih drastis lagi. Hal ini disebabkan oleh ditemukannya banyak varietas baru, teknik-teknik menurunkan kegagalan panen, dan peningkatan dalam mengatasi permasalahan kerawanan pangan.
Kemajuan teknologi pertanian ini berdampak sangat besar dalam sejarah pertanian. Tetapi teknologi pertanian ini juga banyak berdampak buruk pada kelestarian lingkungan. Berikut ini adalah dampak buruknya:
1. Polusi lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia dan pestisida dalam pertanian yang dapat menimbulkan masalah polusi air, tanah, dan udara.
2. Kematian spesies liar. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pestisida yang dapat membunuh spesies liar yang tidak berkaitan dengan tanaman yang dibudidayakan.
3. Kerentanan terhadap penyakit dan hama. Tanaman yang terlalu bergantung pada teknologi dapat menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan hama.
4. Kerusakan hutan. Banyak tanaman yang dibudidayakan memerlukan bahan baku yang berasal dari hutan, seperti kelapa sawit, yang dapat menyebabkan kerusakan hutan dan musnahnya spesies tertentu.
5. Kemungkinan resistensi hama. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan hama menjadi resisten terhadap bahan kimia tersebut.
Melihat dampak buruknya yang nyata, maka ahli-ahli pertanian melakukan usaha peningkatan produktivitas pertanian tanpa merugikan lingkungan hidup yang dinamakan dengan evergreen revolution. Yaitu revolusi hijau yang mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologis dalam pengembangan teknologi yang lebih berwawasan lingkungan sehingga dapat mencapai pertanian yang berkelanjutan.
Metode pertanian mulai kembali ke alam. Penggunaan pupuk kimia mulai dikurangi dan sebagai gantinya, pupuk organik digunakan untuk menyuburkan lahan, juga penerapan irigasi dibuat agar lebih efisien.
Pertanian organik menjadi solusi terbaik saat ini karena pertanian organik menerapkan sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami dan seimbang sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Berikut adalah ciri-ciri pertanian organik:
1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified organisms).
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman.
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.
Produk pertanian organik bersifat aman, sehat tanpa pestisida, kualitas lebih baik dan penanganan pascapanenpun lebih terkendali.
Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Annis Catur Adi mengatakan, dari aspek gizi makro, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pangan organik dan non-organik. Namun, untuk zat-zat tertentu, seperti zat gizi mikro, pangan organik memiliki kandungan zat gizi yang lebih tinggi. Sayuran organik memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan non-organik. Misalnya vitamin C sebanyak 27 persen, zat besi 29 persen, dan fosfor 14 persen. Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa jenis sayuran organik memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi daripada sayuran anorganik. Sebuah studi pada tahun 2014 yang diterbitkan dalam British Journal of Nutrition menemukan bahwa tanaman organik memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi dan tingkat logam berat yang lebih rendah.
Melihat fakta keunggulan sayuran organik, maka mulailah beralih dari mengkonsumsi sayuran anorganik ke sayuran organik. Jadikan ia gaya hidup sehat yang harus dijalani selain melakukan olahraga, istirahat yang cukup, dan manajemen stres tentunya!
Penulis: Lelly Indriasari