Menjadi Ibu yang Bahagia
Oleh: dr. Diyah Ririen
Ada yang mengatakan bahwa menjadi Ibu adalah hal yang paling berat di dunia ini, karena menjauhkan perempuan dari banyak hal dan mengurangi hak bahagianya.
Namun kita tidak akan membahas kata-kata yang tidak jelas sumber nya tersebut, kita fokuskan saja untuk mencari sumber kebahagiaan siapa pun adanya kita di dunia ini.
“Orang yang berbahagia adalah orang yang dapat membuka diri, optimis, memiliki harga diri yang tinggi serta memiliki kontrol diri yang baik “ (Alan Carr, PositivePsychology The science of Happiness and Human Strengths, 2004)
Berbahagia berbeda secara makna dengan senang. Bahagia lebih bermakna adanya rasa nyaman/secure, nikmat, lapang hati dan pikiran yang positif. Orang yang sedang mengalami penderitaan atau kesedihan belum tentu tidak bahagia, bisa saja ia menyelami penderitaan/kesedihan itu dengan cara yang Bahagia sehingga ia tetap hidup bahagia . Mungkin bagi Sebagian orang kalimat di atas adalah bahasa dewa .
Mari kita ambil satu contoh nyata ; bagi ibu – ibu yang pernah mengalami kelahiran anak-anaknya lebih dari satu kali, tentu akan menyadari bahwa pengalaman yang dirasakan setiap kelahiran anak-anaknya berbeda-beda, baik dari intensitas nyeri nya, lamanya proses yang dijalani, persiapan dan kondisi fisik selama kehamilan. Namun secara umum dan kondisi normal, semua ibu sepakat dengan rasa bahagia akan keberadaan janin saat di dalam Rahim, seberat apa pun perubahan fisik yang dialami; mual, muntah, pusing, lemas, cepat Lelah, sesak saat umur kehamilan makin tua, khawatir, dll. Pun demikian saat proses kehadiran bayi itu baik secara alami maupun melalui operasi Sesar, tentu ada penderitaan dan kepedihan yang dirasakan namun membahagiakan.
Jadi Bahagia itu sendiri sangat dinamis , tidak sekedar rasa senang atau gembira. Contoh lain adalah, Orang tua yang kehilangan anak gadisnya karena dipersunting seorang pemuda, mereka menyerahkan Sebagian besar haknya sebagai orang tua kepada orang lain meskipun itu suami sang gadis, apakah orang tua tersebut tidak berbahagia? mengingat segala upaya yang telah dikerahkan untuk menumbuhkembangkan anak gadisnya, tentu saja mereka sedih saat harus melepasnya, namun sedih dengan cara yang Bahagia.
Ilustrasi di atas semoga membuat makna Bahagia lebih mudah dicerna dan difahami. Bila arti Bahagia sangat dinamis, maka selayaknya tidak ada satu pun orang yang merasa tidak pernah Bahagia.
Pada tahun 2017, Badan Pusat Statistik merilis angka kebahagiaan masyarakat Indonesia. Rata -rata index kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah70,69%. Dari angka ini laki-laki memiliki index Bahagia sebesar rata-rata71,12 % sedangkan perempuan sebesar 70,30 %, artinya Laki-laki Indonesia lebih Bahagia dibandingkan perempuan. Lebih mengejutkan lagi dari survey ini, index Bahagia pada perempuan yang belum menikah/lajang dibandingkan dengan perempuan yang sudah menikah/bercerai lebih tinggi pada angka 71,53 %. Apakah ini berarti menjadi istri ataupun ibu menyebabkan perempuan kehilangan kebahagiaannya?
Menjadi ibu itu harus Bahagia. Ini adalah “caption” tulisan ini dibuat.
“Anak – anak itu yang berkembang duluan adalah pusat perasaannya, maka anak usia dini harus jadi anak yang Bahagia bukan anak yang pintar karena pintar ada waktunya. ” ( Elly Risman)
Bagaimanapun, Seorang Ibu adalah pusat dunia anak usia dini. Bagaimana bisa membuat anak Bahagia apabila ibu tidak berusaha Bahagia pula , karena kebahagiaan adalah energi positif yang akan terinterferensi ke sekitar kita.
Dalam teori psikologi perkembangan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh kebahagiaan, antara lain :
- Jadilah diri sendiri
Lepaskan bayang-bayang orang lain yang mempengaruhi hidup kita, karena terkadang kita terobsesi untuk bisa menjadi orang lain yang dipandang lebih mulia, lebih hebat dan lebih terpandang. Tanpa mengurangi nilai-nilai yang kita yakini dalam menjalani hidup, jadilah diri Anda sendiri. Obsesi untuk menjadi orang lain dapat menenggelamkan potensi yang Anda miliki, setiap orang lahir dengan potensinya masing-masing, gali dan selami kelebihan-kelebihan yang Anda miliki. Tidak harus sesuatu yang “wah” atau hebat, mulai dari yang sederhana.
- Beri nilai positif terhadap yang Anda miliki saat ini
Cobalah buka mata kanan lebih lebar untuk melihat pencapaian yang sudah Anda peroleh dalam hidup ini, dan “sipitkan” mata kiri anda atas apa yang belum berhasil diraih. Dengan demikian Anda akan merasakan kepuasan dalam hidup tanpa kehilangan cita-cita dan pengharapan
- Temukan hal-hal yang membuat Bahagia
Anda bisa mencatat dan menginventaris hal-hal yang membuat Bahagia selama hidup ini. Kemudian Anda bisa memilih dari semua itu hal-hal yang masih relevan untuk dilakukan saat ini. Tidak perlu banyak-banyak, yang penting Anda masih bisa dan mampu untuk melakukannya. Misalnya : mengerjakan hobby, menonton drama/film kesukaan, mendengarkan music , olahraga, atau hal -hal yang bersifat religius seperti membaca Al Qur’an, membaca novel-novel islami, dan lain-lain.
- Memberikan kesempatan terhadap sesuatu yang baru
Ini bisa merupakan orang/kenalan baru, hal-hal baru seperti teknologi baru, lingkungan baru, hobby baru, kebiasaan aktivitas baru, dll. Saya berbagi contoh cerita, teman saya adalah seorang istri dari seorang PNS yang setiap 3 tahun sekali pindah tugas, dan dia memilih untuk selalu membersamai keluarganya! Yang dia lakukan adalah selalu berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, dan ini menularkan sikap anak-anaknya pun terbiasa dengan berpindah-pindah sekolah. Ini bukan tanpa ada friksi/masalah diantara mereka. Namun sungguh saya mengikuti kabar mereka dan melihat bahwa mereka keluarga yang Bahagia. Sehingga saya berkesimpulan saat itu Bahagia adalah pilihan dan harus diusahakan.
Anda bisa mencari cara beradaptasi versi Anda sendiri. Mungkin bagi ibu-ibu ini saat yang baik untuk belajar terbuka dengan teknologi mengingat anak-anak menjalani “school from Home” pada masa pandemic ini.
- Mulai memaafkan terhadap hal-hal yang telah lalu
Berdamai dengan masa lalu yang kurang menyenangkan juga cara efektif memupuk Bahagia. Jangan timbun hati kita dengan hal-hal negative apalagi yang telah berlalu puluhan masa. Ibarat orang yang sedang mengemudi, focus pada jalanan di depan Anda, menengok spion kanan kiri dan belakang hanya untuk kewaspadaan saja.
- Puji Diri Sendiri
Memuji diri sendiri dengan takaran yang benar membuat harga diri kita naik. Memuji bukan berarti membohongi diri sendiri, tetap obyektif dan secukupnya. Setiap kita berhasil melakukan sesuatu dengan baik ataupun kita berhasil menyelesaikan masalah dengan baik bahkan sekedar berhasil menenangkan anak-anak yang sedang berselisih atau berteriak, maka selipkan pujian dalam hati Anda.
- Menyayangi orang-orang dilingkaran hidup kita
Ibarat kita bercermin, senyum dan gesture tubuh yang mengungkapkan rasa sayang kepada orang di lingkaran hidup kita akan terpantul seolah kita sedang menyayangi diri sendiri. Ini disebut sebagai feedback positif pada diri kita.
- Jadilah orang yang memiliki tanggung jawab,
Tanggung jawab itu lahir seiring kehadiran kita di dunia , lakukan kewajiban kita tanpa merasa beban. Bila kita laksanakan dengan sungguh-sungguh akan memberikan kepuasan bahwa kita mampu. Melepaskan tanggung jawab berbeda dengan tidak mampu, maka kita juga harus mengukur kemampuan diri dan tidak putus asa saat tanggung jawab belum mampu dilakukan dengan sempurna.
- Penerimaan atas kondisi fisik maupun lingkungan kita berada
Kita lahir mau seperti apa rupa warna dan bentuknya bukan kesalahan kita. Orang lain tidak berhak untuk memberikan komentar negative atas itu semua. Bukan pula kesalahan orang tua kita, bahwa kita dibesarkan dalam kondisi sempit maupun lapang. Maka focus pada kehidupan yang akan kita jalani dan terima dengan lapang hati ketentuan yang mengikuti kehadiran kita di dunia ini. Kita tak akan bisa merubah masa lalu seperti drama korea, namun kita bisa mengupayakan masa depan kita.
- Senantiasa rendah hati
Kesombongan tidak menaikkan derajat seseorang. Bila lingkungan kita selalu memandang segi materi yang dikedepankan, maka artinya kita bukan bagian dari lingkungan tersebut, kita bisa memilih lingkungan hidup lain yang menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat kita. Yakinlah, hidup Anda terlalu berharga dibandingkan hanya harta benda. Bagaimana para Ibu? Cukupkan artikel ini membuat ibu-ibu Bahagia? Oh, tentu tidak. Maka selalu belajar, membaca, dan perluas pergaulan dengan hal-hal ataupun lingkungan yang menginterferensi hidup Anda menjadi Bahagia. Selamat menemukan kebahagiaan.