Ketahanan Keluarga, Pentingkah?
“Keluarga adalah sistem Illahi”… ini adalah kalimat pertama yang ada pada pengantar Syaikh Abu Al Hamed Rabee dalam buku Membumikan Harapan, Membangun Keluarga Muslim Idaman. Bagaimana kita melihat sebuah sistem? Sebuah sistem apalagi sistem Ilahi pasti memiliki arahan, aturan atau panduan yang detail. Artinya, Islam menyediakan bahan baku sekaligus tata cara mengolah dan mengelola bahan tersebut hingga menghasilkan sebuah bangunan utuh: sebuah keluarga Muslim.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan secara internal (di dalam keluarga) maupun secara eksternal. Perubahan secara internal, misalnya: penambahan jumlah anggota keluarga, jenjang pendidikan anak semakin meningkat, bertambahnya usia setiap anggota keluarga, dan lain-lain. Sedangkan perubahan secara eksternal (perubahan yang terjadi di luar keluarga), misalnya: perubahan teknologi, perubahan sosial masyarakat, gaya hidup, kebijakan pemerintah.
Perubahan yang ada dalam sebuah keluarga pasti akan membuat seluruh anggota keluarga beradaptasi dengan perubahan tersebut. Bukan tidak mungkin akan ada kondisi dimana keluarga tidak mampu merespon perubahan yang terjadi, sehingga menimbulkan situasi krisis atau konflik. Bila dibiarkan berlarut-larut, maka akan mengganggu kestabilan dan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu, keluarga harus mampu mengelola sumberdaya dan masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan keluarga, yaitu kehidupan yang berkualitas dan sejahtera yang dinamakan dengan Ketahanan Keluarga.
Dalam UU No 10 Tahun 1992, “ketahanan keluarga merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis,dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.”
Dampak positif keluarga yang memiliki ketahanan diantaranya adalah keluarga tersebut akan berpeluang besar dalam pencapaian tujuan keluarga, membentuk keluarga yang bahagia dan harmonis. Selain itu, keluarga tersebut akan lebih mudah menghadapi kondisi atau situasi darurat dan mudah beradaptasi menghadapi perubahan. Selanjutnya keluarga yang memiliki ketahanan juga akan melahirkan generasi yang sholih dan sholihah, memiliki kontribusi sosial dalam membangun peradaban.
Komponen ketahanan keluarga ada 4, yaitu : ketahanan fisik, ketahanan sosial, ketahanan psikologis dan ketahanan spiritual. Perangkat utama untuk memelihara keutuhan rumah tangga adalah ketahanan spiritual atau faktor agama. Pondasi rumah tangga akan berdiri tegak ketika masing-masing pihak memilih pasangannya atas dasar nilai dan norma agama. Hal ini bertujuan untuk melanggengkan dan mengokohkan bangunan keluarga.
Kehidupan keluarga, ibarat sebuah kapal yang membelah lautan. Tujuan yang ingin dijangkaunya jauh, gelombang dan badai yang dihadapinya tidak mudah untuk dilewati. Peranan pasangan suami istri diperlukan dalam mengendalikan arah kapal agar tetap stabil dan dapat menembus berbagai rintangan untuk sampai pada tujuan yang diinginkan. Kemampuan kendali keluarga suami istri yang dijalankan tanpa dukungan ketaatan pada Allah SWT, akan membuat kapal tersebut seperti diombang-ambingkan gelombang dan mudah dihanyutkan oleh angin. Maka inilah benang merah yang mengaitkan ketaatan pada Allah SWT dan kebahagiaan rumah tangga.
Kehidupan rumah tangga selain harus berlandaskan agama juga harus berdiri dengan landasan kasih sayang dan cinta. Kepemimpinan dalam keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang akan mengarahkan kepada jalan yang benar dengan cara-cara bijak dan nasihat yang baik.
Perbincangan tentang keagungan nilai-nilai Islam dalam membangun keluarga pastinya sangat menarik dan ideal. Didalamnya ada peran dan misi keluarga yang disertai dengan langkah-langkah, konsep dan program yang dapat dipraktikkan dalam realita kehidupan berkeluarga. Namun, semua itu bukanlah hal yang mudah karena praktik pendidikan terhadap keluarga adalah proses yang dinamis dan terus berkembang. Pendidikan keluarga merupakan proses yang bertahap, berjenjang, dan berkelanjutan. Pada setiap fase usia keluarga, elemen pembentuk keluarga tersebut memiliki sarana dan perangkatnya sendiri yang sangat vital dan tidak dapat disepelekan. Dengan demikian, proses pembinaan terhadap keluarga merupakan cara paling ideal bagi terwujudnya perbaikan. Saatnya kita belajar bersama keluarga masing-masing agar dapat menjadi keluarga yang tangguh dan kokoh dalam menghadapi berbagai permasalahan yang hadir menyapa. Ada kalanya pembelajaran dalam keluarga memerlukan pihak lain yang dapat memberikan masukan konstruktif, untuk itulah LBF hadir sebagai mitra keluarga Indonesia. Bagi mitra LBF yang memerlukan konsultasi dan/atau pendampingan dalam pembelajaran di keluarga, mari optimalkan website ini untuk belajar. Ajukan pertanyaan, konsultasi, dan sharing mitra LBF melalui kolom tanya jawab. Salam keluarga pembelajar!