Apa keutamaan berbuat baik kepada orang tua, terutama ibu?
Dijawab Oleh: Ummu Hanifah
Light photo created by jcomp – www.freepik.com
Di suatu senja, gerimis masih membasuhi pepohonan. Dinginnya angin mulai menembus jaket dan sweater setiap orang yang lalu lalang di jalan itu. Pepohonan, jalanan dan taman bunga semuanya basah, menyusul hujan lebat yang mengguyur kota ini. Cuaca seperti ini membuat orang malas keluar rumah, tetapi saya bersikeras bersepeda ke pusat kota untuk membeli bekal makan malam. Kabut dan licinnya jalan memaksa saya untuk bersepeda lebih lambat.
Samar-samar di kejauhan terlihat serombongan orang yang hampir semuanya memakai jas hujan. Setelah lebih dekat, baru dapat jelas terlihat bahwa mereka adalah serombongan orang tua jompo. Kemungkinan mereka sedang plesir ke luar panti untuk berbelanja di akhir pekan ataupun sekedar menghirup udara bebas. Rombongan nenek dan kakek tersebut berjalan berdampingan dan berdekatan seakan berusaha menghalau dinginnya udara pada sore itu.
Pemandangan seperti itu, dimana para lanjut usia (lansia) terpaksa bepergian tanpa didampingi anak atau cucu mereka, adalah pemandangan sehari-hari yang biasa ditemui di komunitas masyarakat barat. Para lansia hidup jauh dari anak-cucu. Mereka dianggap memiliki kehidupan sendiri di panti-panti jompo, bak alien di planet lain. Keseharian mereka pun sepi dan nyaris tanpa warna.
Terkadang terlihat seorang nenek yang terbungkuk-bungkuk membawa barang belanjaannya.
Terkadang dijumpai seorang kakek yang termenung di atas scooternya.
Terkadang nampak seorang kakek yang terkantuk-kantuk menunggu tram datang.
Terkadang ditemui seorang nenek yang melamun, menerawang jauh ke luar kaca jendela kereta api.
Inilah sisi gelap dunia barat dimana setelah anak-anak berangkat dewasa, hubungan orang tua dengan keturunannya menjadi sangat renggang. Biasanya orang tua dititipkan di panti jompo, dimana para lansia tersebut bisa saling hidup berdampingan dengan sesama lansia. Bila lansia tersebut tidak mampu membayar panti jompo, maka negara akan menanggung biaya selama mereka hidup di panti tersebut. Anak dan orang tua hidup berjauhan, di tempat yang berbeda. Bahkan hanya untuk bertemu, orang tua dan anak harus membuat appointment sebagaimana layaknya mahasiswa yang ingin bertemu dengan dosennya.
Tentu tidak semua lansia bersedia hidup di panti. Beberapa diantara mereka memilih hidup berteman sepi, sambil berusaha tetap menikmati sisa perjalanan di alam fana. Kisah orang tua yang hidup dalam kesendirian ini acapkali diakhiri oleh gonggongan anjing piaraan yang tak kunjung henti. Gonggongan yang menandakan bahwa sang majikan telah membeku, meninggalkan dunia ini dalam kesendiriannya.
Sebaliknya di negeri timur, seperti Indonesia, para lansia masih dapat merasakan kehangatan dan kasih sayang dalam sebuah keluarga. Para kakek masih dapat meramaikan kedai sambil bermain catur atau bercerita sampai larut malam dengan keluarganya. Para nenek tetap leluasa menimang cucunya, bahkan terkadang ikut memasak di dapur menantunya. Setiap hari mereka dapat merasakan pelangi kehidupan, hidup penuh gairah bersama anak cucu, tanpa ada rasa kesepian. Pada kondisi seperti ini, anak-anak masih dapat mengabdi dan berbuat baik pada orangtua di masa senja mereka. Pada bapak ibu yang telah menyayangi dan merawat mereka sejak pertama menyentuh bumi.
Pada era new normal di masa pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini, bakti pada orangtua sebagai bentuk penguatan ketahanan keluarga akan menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam menghadapi semua kondisi yang mampu menurunkan imunitas tubuh kita, termasuk bagi lansia dalam keluarga. Rasa saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga akan mampu menambah kekuatan dalam menghadapi segala kendala kehidupan yang dihadapi.
Sebagai seorang muslim, berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain) terutama kepada ibu merupakan keutamaan yang ditempatkan setelah larangan mempersekutukan Allah SWT (QS Annisa: 36, QS Al An’am: 151, QS Al Isra: 23). Selain itu, ridha dan murka Allah SWT juga terletak pada keridhaan dan murka kedua orang tua (HR Tirmidzi), sehingga kita diajarkan untuk bersyukur kepada Allah SWT dan kedua ibu bapak kita (QS Luqman: 14). Apabila kita mendurhakai orangtua maka akan disegerakan balasannya di dunia sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Semua dosa akan Allah tunda hukumannya menurut kehendak-Nya sampai hari kiamat nanti, kecuali hukuman terhadap perbuatan zina dan durhaka terhadap kedua orang tua atau memutus tali silaturrahim. Sesungguhnya Allah akan memperlihatkan kepada pelakunya di dunia sebelum datang kematian (HR Bukhari). Bakti pada saat masa senja orangtua juga telah Allah perintahkan, “Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali jangan engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS Al Isra: 23).
Semua kalam cinta dari Sang Maha Rahiim ini menguatkan keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai bentuk bakti kita atas semua lelah, peluh dan air mata yang telah mereka curahkan dalam mengemban amanah titipan illahi, yaitu kita sebagai anak-anaknya. Semoga kelak Allah SWT berkenan mempertemukan kembali dengan orangtua terkasih dalam kebahagiaan dan wajah seindah purnama pada reuni akbar nan abadi di taman-taman surga-Nya. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.
Selamat hari ibu, Bunda…