Dari Keluarga ke Peradaban: Pentingnya Kesehatan Mental Perempuan dalam Era 4.0
A. Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dan Relevansinya dalam Islam
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pertama kali diperingati pada 10 Oktober 1992 oleh Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (World Federation for Mental Health/WFMH). Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global tentang pentingnya kesehatan mental, mengurangi stigma, dan mendorong akses yang lebih luas ke layanan kesehatan mental. Setiap tahunnya, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia mengusung tema berbeda sesuai dengan tantangan dan kebutuhan terkini dalam masyarakat, sehingga membantu dalam pengembangan pemahaman yang lebih baik tentang masalah kesehatan mental.
Tahun ini, peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia mengajak kita untuk semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental, khususnya dalam lingkungan keluarga. Dalam Islam, kesehatan mental atau mental health sangat penting karena berkaitan langsung dengan kualitas spiritual dan kehidupan sosial. Bagi perempuan, peran sebagai ibu, istri, serta pendidik pertama bagi anak-anak, sekaligus sebagai pelopor kemajuan sosial, menjadikan keseimbangan mental dalam keluarga sangat penting.
Mental health atau kesehatan mental mengacu pada kondisi di mana seseorang mampu beradaptasi, berfungsi secara efektif, dan merasakan kepuasan hidup. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana individu mampu menyadari kemampuan dirinya, mampu mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitasnya. Dalam pandangan Sigmund Freud, kesehatan mental berkaitan dengan keseimbangan antara dorongan, perasaan, dan pikiran, sehingga seseorang dapat menjalani hidup yang seimbang tanpa konflik internal yang berkepanjangan.
Sementara itu, David G. Myers menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi di mana individu memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, merasa puas dengan kehidupannya, dan memiliki hubungan sosial yang baik. Menurut ahli psikologi Abraham Maslow, kesehatan mental dapat dicapai ketika seseorang telah memenuhi kebutuhan dasar, termasuk aktualisasi diri, yang memungkinkan individu untuk mencapai potensi penuh mereka.
Marie Jahoda, seorang psikolog terkenal, mengemukakan beberapa ciri-ciri utama dari individu yang sehat secara mental. Menurutnya, orang yang memiliki kesehatan mental yang baik akan menunjukkan:
1. Penerimaan Diri: Seseorang memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri dan menerima segala kelebihan serta kekurangannya.
2. Pengembangan Potensi Diri: Individu yang sehat secara mental selalu berusaha mengembangkan kemampuannya dan mencapai tujuan yang bermakna.
3. Otonomi dan Kebebasan Pribadi: Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik mampu mengambil keputusan sendiri, tanpa mudah terpengaruh tekanan sosial.
4. Persepsi Realitas yang Akurat: Mereka mampu melihat dan menerima kenyataan, tidak terlalu mudah terpengaruh oleh ilusi atau ekspektasi yang tidak realistis.
5. Hubungan Sosial yang Positif: Individu tersebut mampu menjalin hubungan yang sehat dan saling mendukung dengan orang lain.
6. Kemampuan Mengatasi Stres: Mereka memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan dan mampu menangani masalah tanpa merasa kewalahan.
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia adalah momentum yang tepat untuk merenungkan pentingnya menjaga kesehatan mental, khususnya bagi perempuan yang memiliki peran besar dalam keluarga.
Dalam Islam, perempuan memegang peranan yang sangat strategis. Mereka tidak hanya sebagai ibu dan istri tetapi juga sebagai pendidik pertama bagi anak-anak, pelopor kemajuan sosial, dan penjaga harmoni dalam masyarakat. Fokus pada kesehatan mental perempuan dalam keluarga menjadi sangat penting untuk menciptakan generasi yang sehat, kuat, dan berakhlak.
B. Peran Perempuan dalam Sejarah Islam
Peran perempuan dalam sejarah Islam sudah terlihat sejak masa awal Islam. Salah satu tokoh inspiratif adalah Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai pengusaha sukses sekaligus penyokong dakwah Nabi. Ia adalah figur yang tidak hanya kuat secara spiritual tetapi juga emosional. Aisyah radhiyallahu ‘anha juga merupakan contoh penting lainnya, dikenal sebagai ilmuwan dan sumber hadis yang memiliki pengaruh besar dalam pendidikan Islam.
Perempuan di masa Islam awal telah menjadi figur sentral dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai pendidik, pemimpin, dan penyokong moral yang senantiasa menjaga stabilitas keluarga. Dalam konteks kesehatan mental, keteladanan ini sangat relevan untuk diterapkan dalam menjaga keseimbangan psikologis dan emosional dalam keluarga.
Dalam Islam, kesehatan mental diakui sebagai hal yang penting, sebagaimana tercermin dalam ayat-ayat Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’d ayat 28:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat AllahIngatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Ayat ini menunjukkan bahwa ketenangan dan kedamaian batin sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Dalam keluarga, perempuan memiliki peran besar dalam menumbuhkan suasana yang tenang dan mendukung spiritualitas, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan mental seluruh anggota keluarga.
C. Peran Mental Health Perempuan dalam Mewarnai Lima Bidang Kehidupan
Kesehatan mental perempuan, khususnya dalam keluarga, memiliki dampak luas dalam beberapa bidang utama berikut ini:
1. Politik
Perempuan yang memiliki kesehatan mental yang baik akan memiliki kekuatan emosional untuk terlibat dalam aktivitas politik. Mereka mampu mendukung lingkungan keluarga agar tetap stabil dan memahami perbedaan pandangan dengan penuh toleransi. Banyak muslimah yang aktif dalam politik mampu membawa nilai-nilai Islam yang adil dan damai dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh luas.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi, perempuan tidak hanya berperan sebagai pengatur rumah tangga tetapi juga sebagai pelaku usaha. Kesehatan mental mereka berperan dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan finansial keluarga dan kebutuhan psikologis anggota keluarga. Perempuan dengan mental yang sehat cenderung lebih produktif, kreatif, dan inovatif dalam mendukung perekonomian keluarga dan masyarakat.
3. Pendidikan
Perempuan adalah pendidik pertama dalam keluarga. Mental health yang baik memungkinkan perempuan mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang, kesabaran, dan ketenangan. Mereka memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi penerus yang berakhlak mulia dan memiliki kecerdasan emosional.
4. Sosial Budaya
Dalam bidang sosial budaya, perempuan yang sehat secara mental akan memiliki kemampuan untuk menyebarkan nilai-nilai budaya yang positif. Mereka menjadi agen utama dalam membangun harmoni sosial dan membimbing keluarga mereka agar menghormati budaya sekaligus terbuka terhadap perubahan yang positif.
5. Perdamaian Negara dan Dunia
Mental health perempuan turut andil dalam perdamaian. Dalam keluarga yang stabil, perempuan mampu menanamkan nilai-nilai damai dan non-kekerasan kepada anak-anaknya. Mereka menjadi pelopor dalam mengurangi konflik di tingkat masyarakat, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap perdamaian negara bahkan dunia.
D. Peran Muslimah dalam Membangun Peradaban Abad 21 di Era Teknologi Generasi 4.0
Di era digital ini, peran perempuan dalam menjaga kesehatan mental keluarga semakin krusial. Perempuan Muslimah menghadapi tantangan baru berupa teknologi yang sangat cepat berkembang. Di satu sisi, mereka harus bijak dalam penggunaan teknologi untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka; di sisi lain, mereka juga harus menjaga keseimbangan antara kebutuhan digital dan komunikasi interpersonal dalam keluarga.
Perempuan yang sehat secara mental di era 4.0 adalah mereka yang mampu memanfaatkan teknologi untuk pengembangan diri, sambil tetap menjaga adab dan nilai Islam. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk berbagi ilmu, mendukung pendidikan anak-anak, bahkan berkontribusi dalam perekonomian digital. Dengan mental yang sehat, perempuan mampu menguatkan fondasi spiritual dan emosional keluarga mereka, menjadi teladan bagi generasi muda yang hidup di dunia serba digital.
Karakteristik Mental Health yang Paling Dibutuhkan Perempuan dalam Menghadapi Tantangan Hidup Di Masa Depan
Bagi seorang perempuan, terutama yang memiliki tanggung jawab besar dalam keluarga maupun karier, beberapa karakteristik kesehatan mental menjadi sangat penting:
1. Resiliensi (Ketahanan Diri)
Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Karakteristik ini sangat penting bagi perempuan karena dalam kehidupannya mereka sering menghadapi berbagai perubahan dan tekanan, baik di lingkungan keluarga maupun pekerjaan. Ketahanan diri membantu mereka agar tetap kuat, tenang, dan tidak mudah terpuruk.
2. Kecerdasan Emosional
Kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara sehat sangat penting dalam mendukung interaksi sosial dan keseimbangan diri. Kecerdasan emosional juga mendukung perempuan untuk menjalani peran ganda dengan lebih mudah, baik sebagai pendamping di rumah, sebagai ibu, maupun sebagai profesional.
3. Adaptabilitas dan Fleksibilitas
Perempuan yang sehat secara mental mampu beradaptasi dengan perubahan dan tidak kaku dalam menghadapi berbagai situasi. Karakter ini membantu mereka untuk tetap efektif dan produktif meskipun tantangan terus berkembang, terutama di era teknologi yang cepat berubah seperti saat ini.
4. Optimisme Realistis
Optimisme yang tetap realistis memberikan dorongan pada perempuan untuk tetap melihat peluang dan jalan keluar dari setiap tantangan, tanpa mengabaikan kenyataan yang ada. Sikap ini menguatkan mental untuk terus berusaha dan percaya pada hasil yang positif.
5. Kemampuan Mengelola Stres
Mengelola stres adalah keterampilan penting yang memungkinkan perempuan untuk menjaga keseimbangan antara tuntutan hidup dan kebutuhannya sendiri. Mereka yang memiliki keterampilan ini dapat menjalani berbagai peran dengan lebih efektif, tanpa mengorbankan kesehatan fisik atau mentalnya.
Dengan karakteristik kesehatan mental ini, perempuan akan lebih siap menghadapi tantangan hidupnya, menjaga kesejahteraan keluarganya, dan berperan aktif dalam kemajuan sosial. Kesehatan mental yang kuat memungkinkan mereka tidak hanya untuk bertahan tetapi juga berkembang dan memberikan kontribusi positif dalam peradaban.
Kesimpulan
Kesehatan mental perempuan dalam keluarga adalah fondasi penting dalam menciptakan generasi yang tangguh, berakhlak mulia, dan berkontribusi dalam lima bidang utama kehidupan. Dari sejarah Islam hingga era teknologi modern, perempuan Muslimah terus menjadi pilar penting dalam membangun peradaban.
Indonesia saat ini berada di puncak bonus demografi, di mana proporsi usia produktif sangat tinggi dan dapat menjadi peluang besar untuk kemajuan bangsa. Namun, peluang ini hanya dapat terwujud jika generasi mendatang dibekali dengan kesehatan mental yang baik. Di sinilah peran perempuan Muslimah menjadi sangat penting dalam mempersiapkan generasi mendatang.
Dengan kesehatan mental yang terjaga, perempuan mampu menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung, stabil, dan penuh kasih sayang. Mereka dapat menanamkan nilai-nilai moral, ketangguhan emosional, dan kemampuan adaptasi yang sangat penting bagi anak-anak untuk menghadapi tantangan di masa depan. Dalam konteks bonus demografi, perempuan yang sehat secara mental mampu memberikan pengaruh positif pada jumlah besar generasi muda Indonesia, memastikan mereka siap untuk berkontribusi secara maksimal dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan lainnya.
Melalui perhatian terhadap kesehatan mental dalam keluarga, perempuan Muslimah tidak hanya berperan sebagai pendukung keluarga tetapi juga sebagai arsitek utama dalam membangun generasi yang berdaya saing dan berakhlak. Dengan demikian, mereka berperan penting dalam menyongsong masa depan Indonesia yang lebih sejahtera dan beradab. Di Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini, mari kita apresiasi dan dukung perempuan dalam upayanya menjaga kesehatan mental mereka demi kemajuan umat, masyarakat, dan bangsa.
Penulis: Sih Wikaningtyas