Dihadapkan Pada Situasi Bertarung Dengan Virus
Wawancara dengan Iis Istiqomah (Pendiri dan Direktur Sekolah Kreativa)
“Pandemi Covid-19 telah melanda disemua negara termasuk Indonesia, bahkan setelah terjadi beberapa bulan di Indonesia angka penderita Covid-19 cenderung masih meningkat tak terkecuali di Kota Bogor”.
Tim Lumigar Bogor Family berkesempatan melakukan wawancara dengan Iis Istiqomah, seorang aktivis pemerhati masalah tumbuh kembang anak, perempuan dan keluarga,dengan topik seputar Covid-19. Beliau adalah sarjana lulusan IPB bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan master dari UI pada bidang Kajian Kepemimpinan adalah aktivis perempuan yang mempunyai segudang aktivitas seperti sebagai trainer pada Program Motivator Ketahanan Keluarga Jawa Barat (DP3AKB) dan pengajar tidak tetap di beberapa perguruan tinggi di Bogor
Bagaimana Bu Iis menjalankan kehidupan sehari-hari selama masa pandemi?
Harus tetap waspada, ungkap beliau memulai wawancara ini. Meskipun lingkungan kita adalah Zona Kuning karena masih adanya penambahan jumlah penderita Covid-19 dan munculnya cluster baru beberapa waktu yang lalu. Apalagi kondisi sekarang atau orang mengistilahkan dengan new normal, jika keluar rumah seperti tidak ada pandemi Covid-19 lagi, suasana sudah ramai, termasuk pusat perbelanjaan dan tempat wisata sudah dibuka, bahkan beberapa masyarakat sudah abai menerapkan protokol kesehatan, kewaspadaan dengan tetap menjaga diri sendiri, keluarga dan lingkungan terdekat tetap harus kita utamakan, terang beliau.
Bagaimana pandangan Bu Iis terkait kondisi di Bogor saat pandemi Covid- 19?
“Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia membuat saya harus memilih Working From Home dan membatasi aktivitas di luar rumah, termasuk aktivitas bisnis keluarga di bidang kuliner yang dibatasi saat PSBB di Kota Bogor”.
Ibu dari Syafa, Ayyash dan Afnan yang selalu murah senyum tersebut menjelaskan bahwa ada hal penting yang harus dijalani di masa pandemi seperti saat ini yaitu pertama, lebih mendekatkan diri pada Allah, menjaga keimanan kita. Hanya Allah yang bisa merubah sesuatu sesuai takdir. Kedua, menjaga imunitas tubuh kita sendiri dengan makan makanan bergizi mengikuti standar makanan gizi seimbang dan isi piringku yang berisi setengah piring sayuran dan buah kemudian ada lauk pauk hewani dan nabati dengan karbohidrat yang tidak banyak. Sayuran dan buah yang berwarna warni berbeda setiap hari agar mikroflora / mikrobiotik dalam usus berwarna warni juga, karena dia adalah mikroba/mikrobiotik yang mampu menjaga daya tahan tubuh kita. Jaga makanan, jaga keseimbangan tubuh baru cari suplemen atau sumber probiotik seperti yogurt yang terfermentasi.
Bagaimana pandangan Bu Iis terkait new normal?
Terkait new normal, penulis buku Activity Book ‘Belajar Gizi Seimbang Bersama Piru dan Tumpi’, ‘My School is My Home dan Ayo Menyusui (Panduan untuk Ibu Hamil dan Menyusui) ini menjelaskan bahwa sebenarnya kita belum masuk tahap new normal, karena grafik penderita Covid-19 di Indonesia masih terus menanjak dan belum sampai puncaknya. Seharusnya new normal itu grafiknya mencapai puncak kemudian turun tanpa naik lagi, dan melandai terus, di situlah baru new normal, namun kebijakan pemerintah saat ini adalah kita sudah memasuki masa new normal.
“Kita dihadapkan pada situasi bertarung dengan virus, siapa yang kuat bisa bertahan dan yang lemah tergilas oleh virus, jadi sebetulnya tidak tepat new normal. Kita dihadapkan pada situasi tetap harus keluar rumah dan harus menerapkan protokol kesehatan, mudah-mudahan Allah menjaga kita, maka tingkatkan ibadah kita agar Allah menjaga kita”, tandas Iis istiqomah yang saat ini juga menjadi ketua Sentra Adituka Bogor.
Bagaimana saran Bu Iis untuk keluarga, baik terkait dengan mengatur perekomonian keluarga maupun pendidikan anak?
“ Jika dikaitkan dengan kondisi perekonomian, kita harus mengatur keuangan keluarga dengan baik, banyak keluarga yang terdampak, termasuk keluarga saya, karena usaha keluarga saya selama PSBB berhenti, tapi kami berusaha melakukan usaha lain agar bisa subsidi silang, tapi tetap ada karyawan yang terpaksa dirumahkan. Terkait adanya keluarga yang di PHK atau usaha turun ini adalah ujian yang sangat berat, harus ada support dari komunitas untuk membantu, yang bersangkutan juga melakukan shifting paradigma mencari model usaha lain yang lebih bisa survive di era pandemi ini. Mudah-mudahan Allah menolong kita.
Selain berdampak pada kondisi perekonomian, pandemi ini juga berpengaruh pada pendidikan anak. Dalam hal mendidik anak saat ini terasa sekali dibanding sebelum pandemi Covid-19 karena anak berada di rumah terus termasuk sekolah juga dari rumah, jadi peran orangtua jadi lebih besar. Patut kita syukuri, karena diberi kesempatan lebih dekat, lebih bisa mendidik anak-anak sendiri dengan tangan kita, dalam hal ini harus diambil sisi positifnya”.
Iis Istiqomah juga berpesan, di tengah pandemi seperti ini banyak orang yang menjadi stres, tetapi jangan sampai kita stres dan jangan membuat perilaku yang membuat anak makin stres juga. Ada hal yang bisa kita lakukan yaitu :
- Menjaga komunikasi yang membahagiakan, bersabar, membangun cara komunikasi yang baik dengan anak-anak, menciptakan situasi yang nyaman di rumah, tidak penuh dengan suruhan dan bentakan, jangan sampai anak berpikir, belajar dengan gurunya lebih enak dibanding belajar di rumah dengan orangtuanya. Kesempatan bagi orangtua melatih kemampuan menjadi orangtua.
- Menghargai guru biar jauh, karena guru tetap memantau anak-anak. Model pembelajar di sekolah tentu berbeda-beda, ada yang full online ada yang tidak, dalam mengerjakan tugas-tugas apakah orangtua membantu atau anak mengerjakan projectnya sendiri, kita ambil pilihan yang mana dan komitmen terhadap pilihan tersebut. Yang penting anak bisa belajar di rumah, karena belajar tidak hanya belajar akademik tapi di rumah bisa belajar mengatur rumah, memasak, menjaga kebersihan, menanam dan sebagainya. Anak bisa belajar dengan model lain dirumah, itu kesempatan yang bisa kita ambil.
Tim Lumigar